Sora (Sad Story about Cat)

Sora

By Momi Momo

Aku kucing betina yang dilahirkan dari indukan anggora dan kucing lokal. Buluku berwarna perak, namun kini warna bulu itu tak bisa kulihat lagi, aku dibalut oleh kelamnya ketidakpedulian. Ini kisahku ketika hidup dulu.

Semenjak kecil aku dibuang oleh ibuku sendiri, Ia tak mau merawatku hanya karena aku berbeda dengan anak kucing lainnya yang memiliki bulu tebal nan indah. Akhirnya oleh majikanku, aku di hibahkan kepada seorang anak yang kesepian.

Di rumahnya, ia merawatku dengan baik. Tapi setelah lama berlalu ia sibuk dengan urusannya sendiri, ia lupa memberiku makan, ia lupa memandikanku, ia lupa membersihkan buluku yang terus berguguran. Hingga akhirnya ia melupakanku sepenuhnya.

Terkadang aku diberi ikan sisah makan keluarga majikanku, Terkadang aku harus berlari ke rumah tetanggaku untuk memintah jatah makanan kucing mereka. Aku masih bisa hidup waktu itu.

Sampai suatu hari ada yang masuk ke dalam telingaku, gatal-gatal, aku merasakan gatal yang amat sangat. Aku menderita, aku berteriak mengeong di hadapan majikanku. Tapi ia malah mengiraku kucing yang nakal. Ia pun membuangku ke pasar. Jauh jauh.. dari kandangku.

Namun aku tak mau menyerah begitu saja. Aku kembali, ke rumahku, ke kandangku dimana tempatku seharusnya.

Dalam perjalanan yang jauh, dalam kelaparan, rasa gatal itu membuatku lemah, namun tetap kulangkahkan keempat kakiku kembali ke rumah. Terkadang di tengah perjalanan pulang ada seorang baik hati yang memberiku makanan, meskipun rasanya begitu aneh aku tetap memaksa untuk memakannya, demi bertemu dengan majikanku dan memintanya untuk menyelamatkanku.

Setibanya di rumahku. Semuanya seakan berubah, Majikanku tak ada disana lagi. Kandangku hilang entah kemana, makanan keringku sudah berjamur. Keluarga majikanku mengusirku setelah melihat keadaanku yang menjijikkan. Mereka menendangku, mengusirku, membuangku ke tong sampah.

Dalam kesedihan yang begitu menyayat, aku melangkah pergi, aku tak menyerah hanya saja aku perlu mengumpulkan tenagaku untuk menyentuh hati keluarga majikanku.

Sore itu aku bertemu dengan seorang wanita yang memiliki kucing paling ganas. Mata kucingnya menusuk keberanianku. Tapi wanita itu memberikanku ikan segar paling enak yang pernah kumakan seumur hidupku. Wanita itu pun menahan kucingnya agar tak menerkamku.

Hari demi hari aku menggantungkan hidup pada wanita itu dan kucingnya. Hari demi hari ia pun memberikan makanan yang cukup mengenyangkan perutku.

Ketika aku kenyang, aku kembali ke rumah majikanku. Memohonnya untuk menyelamatkanku. Tapi yang kuterima hanya tendangan, mereka mengusirku tanpa belas kasihan.

Ketika aku lelah memohon, aku bersembunyi di selokan yang tak terpakai di sebelah rumah wanita baik hati, disanalah tempat yang paling hangat. Wanita baik itu pernah memberikan kandang untukku, tapi kucing buruk rupa dan pesakitan sepertiku tak layak menerimanya. Aku kembali ke selokan. Sambil melihat kucing wanita itu yang perkasa, nan tampan.

Dan rupanya semua harapanku untuk kembali ke majikanku tak terwujudkan, aku hanya menerima penolakan dan caci maki. Sore itu kupaksa tubuhku yang semakin melemah ke rumah wanita baik hati. DI depan rumahnya aku bertemu dengan kucing perkasa milik wanita itu. Ia melolong, menggoyang perutku, seolah ingin membangunkanku. Tapi aku tak bisa, aku tak sekuat itu.

Tak berapa lama wanita itu datang, dengan airmata ia membawakanku ikan segar, tapi aku tak sanggup membuka mulutku, mengernyitkan taringku pun tak bisa.

Angin lembut di sore hari mengantarkan kematianku yang menyedihkan, menghanyutkan kesedihanku bersama segala harapan. Kini aku tiada. Yang tertinggal hanya nama Sora yang diberikan wanita baik hati dan Kucingnya. Sora, nama termanis yang pernah kudapatkan.